Pengantar Kitab Filipi

Oleh Ibu Retty
Kota Filipi dilukiskan sebagai sebuah kota perantauan orang Roma (ay. 12). Banyak dari masyarakat kota Filipi merupakan para budak dan veteran perang. Dari sudut historis, peperangan antara Antonius dan Oktavianus di tahun 31 SM, yang menyebabkan kekalahan Antonius, sehingga orang-orang yang mendukung Antonius dibuang ke Filipi.

Kumpulan orang Yahudi yang ditemukan di Filipi sangat sedikit jumlahnya , sebagaimana tercatat dalam Kis 16:13 dimana setelah Paulus menghabiskan beberapa waktu di kota Filipi, seperti biasanya pada hari Sabat ia pergi ke

sinagoga. Ia mengajak Silas dan Timotius ke luar pintu gerbang kota dan menyusuri tepi sungai dan akhirnya menemukan tempat sembahyang dengan sekelompok perempuan yang berkumpul untuk berdoa. Informasi ini mungkin hanya mau menunjukkan bahwa orang Yahudi di Filipi hanya sedikit saja, sebab sinagoga jarang dibangun di sebuah kota yang jumlah orang Yahudinya tidak terlalu banyak.

Surat kepada jemaat di Filipi dikelompokkan sebagai salah satu surat Paulus dari dalam penjara.

Namun, lokasi persisnya tidak pernah disebutkan secara eksplisit. Beberapa kemungkinan telah diusulkan seperti Kaisarea, Efesus, dan Roma. Tradisi gereja menganggap penjara Roma sebagai lokasi penjara tempat Paulus menulis surat Filipi sekitar tahun 60-62 M

Kisah pewartaan di kota ini dapat dibagi dalam enam bagian (Kis 16:12-40).

  1. Pertama, awal misi dan pertobatan Lidia (ay. 12-15).
  2. Kedua, Paulus mengusir setan dari seorang budak perempuan (ay. 16-18).
  3. Ketiga, tuan-tuan budak perempuan melawan Paulus dan rekan-rekannya (ay. 19-21).
  4. Keempat, Paulus dan rekan-rekannya dipenjara (ay. 22-24).
  5. Kelima, campur tangan ilahi dan pertobatan kepala penjara (ay. 25-34).
  6. Keenam, Paulus dan rekan-rekannya akhirnya dibebaskan (ay. 35-40).

  1. Setelah menemukan tempat sembahyang dengan sekelompok perempuan yang berkumpul untuk berdoa, Paulus dan rekan-rekannya mewartakan injil kepada mereka. Pewartaan mereka berhasil mempertobatkan Lidia, seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, salah satu kota di Asia Kecil
  2. Selain menceritakan pertobatan Lidia dan seluruh anggota keluar-ganya, Lukas mencatat pengusiran setan yang dilakukan oleh Paulus dari seorang budak perempuan. Budak perempuan itu bertemu dengan Paulus dan rekan-rekannya ketika menyusuri tepi sungai untuk mencari tempat orang Yahudi beribadat. Karena memiliki roh tenung atau ilmu hitam, budak perempuan itu mengenal siapa mereka dan apa yang mereka wartakan. “Orang-orang ini hamba Allah Yang Mahatinggi. Mereka memberitakan kepadamu jalan keselamatan” (Kis. 16:17). Seruan budak perempuan itu tidak berperan apa-apa untuk mewartakan pesan injil yang diwartakan oleh Paulus dan rekan-rekan kerjanya sebab Paulus merasa terganggu dengan seruannya sehingga harus diusir dalam nama Yesus. Di sini Paulus tampaknya tidak menginginkan seorang yang tidak beriman menjadi media pewartaan injil. Apalagi, sapaan Allah Yang Mahatinggi bagi warga kota Filipi yang bukan Yahudi bisa dikaitkan dengan dewa Zeus, dewa tertinggi Yunani, sehingga tentu saja berbahaya bagi pewartaan Paulus dan rekan-rekannya
  3. Dampak yang terjadi setelah roh tenung diusir, tuan-tuan budak perempuan itu menangkap dan menyeret Paulus beserta rekan-rekannya kepada para pembesar kota. Di hadapan para pembesar kota Filipi tuan-tuan roh tenung atau para pemilik ilmu hitam yang merasuki budak perempuan menyampaikan tuduhan untuk melawan Paulus dan rekan-rekannya. Mereka menuduh Paulus dan rekan-rekannya sebagai pengacau sebab mengajarkan adat-istiadat yang tidak boleh dituruti oleh orang Roma. Di sini adat-istiadat yang dimaksudkan adalah ajaran mengenai ibadat dan penyembahan kepada Allah yang Esa, bukan kepada dewa-dewi Roma. Ajaran itu tidak diterima dan diakui oleh hukum Roma yang melarang siapapun untuk percaya kepada dewa-dewinya sendiri dan dewa-dewi asing selain yang diakui secara resmi oleh negara
  4. Tuduhan tuan-tuan budak perempuan itu tampaknya dipercaya begitu saja oleh para pembesar kota sehingga tidak diselidiki secara lebih lanjut. Para pembesar kota langsung menyuruh kepala penjara untuk mendera dan menjebloskan mereka ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka secara ketat supaya tidak bisa melarikan diri. Itulah sebabnya, mereka dimasukkan ke ruang paling tengah dan kaki mereka dibelenggu dengan pasungan. Di sini Paulus dan rekan-rekannya diperlakukan sebagai penjahat yang paling berbahaya
  5. Ketika berada di dalam penjara dan dijaga secara ketat, Paulus dan rekan-rekannya memberikan kesaksian iman dengan berdoa dan menyanyikan puji-pujian (Kis. 16:25). Hal ini membuat nara-pidana lain terheran-heran dan bertanya-tanya siapakah mereka dan bagaimana mungkin mereka masih bersuka cita ketika didera, dipenjara, dan dipasung. Kesaksian iman mereka ini mungkin menyebabkan beberapa orang narapidana menjadi kristiani. Ketika mereka berdoa dan menyanyikan puji-pujian terjadilah gempa bumi dasyat yang melambangkan campur tangan ilahi. Akibat dari gempa bumi itu pintu-pintu penjara terbuka dan belenggu-belenggu mereka terlepas. Kepala penjara mau bunuh diri ketika terjaga dan melihat pintu-pintu penjara terbuka. Ia mengira semua narapidana sudah melarikan diri. Reaksi ini dapat dipahami karena para pembesar kota akan mengeksekusi mati dirinya di depan publik jika narapidana melarikan diri (Kis. 12:19) karena dianggap tidak bertanggung jawab dan tidak kompeten oleh penguasa Roma yang lebih tinggi. Namun, keinginan kepala penjara untuk bunuh diri dihalangi oleh Paulus dengan memberitahukan bahwa semua narapidana tidak melarikan diri. Mereka tetap tinggal di dalam tahanan mereka masing-masing walau memiliki kesempatan untuk meloloskan diri. Campur tangan ilahi melalui peristiwa gempa bumi telah mengubah sikap kepala penjara Hati kepala penjara yang sebelumnya tidak terbuka kini bertanya tentang apa yang harus diperbuatnya supaya dapat diselamatkan. Campur tangan ilahi, cinta yang diperlihatkan oleh Paulus dan rekan-rekannya, dan jawaban atas pertanyaan tentang jalan menuju keselamatan akhirnya mengantar kepala penjara pada pertobatan. Pertobatan itu diungkapkannya melalui pembaptisan dirinya dan seluruh anggota keluarganya
  6. Setelah campur tangan ilahi melalui gempa bumi dahsyat, para pembesar kota menjadi takut. Mereka menyuruh para pejabat kota pergi kepada kepala penjara untuk melepaskan Paulus dan rekan-rekannya. Hal ini dipertanyakan legalitasnya oleh Paulus karena para pembesar kota telah menyuruh untuk mendera dan menjebloskannya dan rekan-rekannya ke dalam penjara tanpa melalui sebuah proses peradilan. Lagi pula, menurut ketentuan hukum warga Roma dilindungi dari hukuman mati, hukuman cambuk atau deraan di depan umum. Orang yang menghukum warga Roma tanpa proses peradilan akan dihukum berat 

Makna teologis dan etis surat ini:
  • Surat ini memunculkan pertanyaan tentang relasi antara sikap hidup dengan identitas kekristenan. Sebagai orang kristiani, kita adalah warga negara surga (3:20) dan karena itu kita adalah orang asing di dunia ini.
  • Surat ini menekankan tema pembentukan hidup seorang kristiani. Ia menawarkan dirinya dan orang lain yang seperti dirinya sebagai model bagaimana seseorang kristiani harus bersikap dan bertingkah laku. memberi peringatan bagi jemaat supaya mereka hidup sesuai dengan injil
  • surat ini juga menekan tema sukacita sehingga orang kadang-kadang menyebutnya sebagai injil sukacita. Orang dapat menyebut surat ini sebagai injil suka cita tatkala mengalami penderitaan.

Komentar

Anda Bertanya Kami Menjawab

Nama

Email *

Pesan *